Sejarah

SEJARAH KAMPUNG TANAH SEREAL

Sebuah kampung tua di Jakarta yang namanya diabadikan untuk nama jalan dan kelurahan. Asal usul nama Kampung Tanah Sereal cukup beragam. Versi pertama menyebutkan, nama Tanah Sereal diambil karena dulu tanah di kampung ini bereal-real dan bergunduk-gunduk. Selain itu penyewa tanah di kampung Tanah Real membayar kewajibannya sebesar satu real. Ada juga yang menyebut bahwa sereal menunjukkan luas tanah (are) dan sejenis makanan dari gandum. Di beberapa tempat nama sereal ikut disisipkan, seperti Tanah Sereal Gang Keramat yang disebut demikian karena dahulu ada kuburan keramat. Ada juga Tanah Sereal Gudang Areng, tempat penyimpanan areng dari daerah-daerah lain. Tanah Sereal Kebon Kelapa, dulu di tempat ini banyak pohon kelapa. Tanah Sereal Velbak Bukit, tempat pembuangan sampah yang menyerupai bukit. Tanah Sereal Ketapang, dulu banyak pohon-pohon ketapang yang tumbuh di tempat ini.

Penduduk asli Kampung Tanah Sereal terdiri dari orang Betawi yang hidup berkelompok dengan kelompok satu dengan yang lain saling berjauhan. Pendatang yang pertama kali menetap di kampung ini berasal dari Cina dan Arab. Beberapa di antara mereka ada yang menjadi tuan tanah seperti Lim Keng Hwa, Ali Bajenet, dan Bouw Mi Ek Hong. Ali Bajenet yang berasal dari Handramaut (Arab) mempunyai rumah di Gang Songsi dan tanah di lima tempat, Gang Songsi, Gang Keramat, Gudang Areng, Kali Cagak, dan dekat Kantor Dinas Pemadam Kebakaran. Orang Sumatra mulai datang setelah jaman kemerdekaan, sedang orang Cina pada tahun 1960-an.

Di masa pemerintahan Belanda, Kampung Tanah Sereal termasuk dalam wilayah Wijk Krukut Onderdistrict Penjaringan dan District Batavia. Waktu itu dikepalai oleh Bek Derahim dan sareannya Icing dengan kantor di Hang Sase. Wilayah kekuasaannya dari Gang Songsi sampai Krukut. Setelah penyerahan kedaulatan, Kampung Tanah Sereal masuk Kelurahan Angke Duri, Kec. Krukut, Kawedanan Penjaringan. Dengan pemekaran wilayah di Kelurahan Angke Duri, Kampung Tanah Sereal dimasukkan dalam Kelurahan Krukut. Tanah Sereal menjadi kelurahan mulai tahun 1964 dengan lurah pertama bernama Suhana (1964-1966) dengan Kantor kelurahan masih menempati rumah Suhana di Jl. Pembangunan 60. Beberapa kali kantor kelurahan dipindahkan, yaitu ke rumah tuan tanah Raouw Mi Ek Hong yang telah dihibahkan (1965), pindah ke rumah Abu yang kemudian menjadi Bioskop Setia (1966) lalu pindah ke Jl. Kramat (1973), dan akhirnya dibangun kantor berlantai dua dengan biaya swadaya masyarakat dan bantuan Pemda Daerah Khusus Ibukota Jakarta bertempat di Jl. Kramat / Jl. Tanah Sereal XVIII. Sampai akhirnya pada tahun 2012 dengan biaya APBD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun Kantor Kelurahan Tanah Sereal yang di resmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Dr, Ing. H. Fauzi Bowo, Kantor Kelurahan Tanah Sereal berpindah ke Jl. KH. Moch Mansyur dengan bangunan 4 lantai dan halaman yang luas.

Bangunan bersejarah di Kampung Tanah Sereal mencakup sebuah rumah bergaya khas Betawi dengan dinding cetak milik Saudin di Jl. Keramat dan langgar tua Al Latip di RT.001/RW.05. Pada tahun 1959 langgar ini dibangun menjadi masjid. Ada juga makam keramat di Gang Songsi, Keramat Betet, dan Keramat Jalan.

Beberapa lurah setelah Suhana antara lain :

Dahlan Ibrahim (1966-1975), Sabadudin (1975-1985), Satari (1985-1990), Supardi Kadri, H.M. Sahri, Sadrudin, Taher Muksin, Syamsudin (2005-2007), Aswine Arief Nasution (2007-2009), Munjirin (2009-2011), Untung Hartono (2011-2013), Wahyu Dwikesdianto (2013-2014), A. Khambali Kholid (2014-2017), Hj. Suharti (2017-sekarang)


Sumber :

https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/encyclopedia/blog/2018/04/Tanah-Sereal-Kampung

Arsip Kelurahan Tanah Sereal

Tokoh Masyarakat Kelurahan Tanah Sereal